Remaja
adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dimana timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas
dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya
tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat
tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara
faktor genetik dan lingkungan Biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil
akhir yang berbeda-beda. Selama perkembangan menuju dewasa, tubuh berkembang
secara terus menerus. Keseluruhan frekuensi perubahan terjadi dengan cepat
sebelum lahir, selama masa bayi, dan saat pubertas.
Masa
pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan
fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama
kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa.
Perubahan
fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri,
kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan
seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan
kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap
penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang
kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan
informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan
dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi,
maka akan merasakan pengalaman yang negatif.
Menurut
WHO sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun.
Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika
Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 15 % populasi.
Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia,
seperlimanya adalah remaja umur 10 – 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat
Statistik kelompok umur 10 – 19 tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari
50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan.
Remaja
mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi.
Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat,
emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih,
dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja
yang berkembang di lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalnya
terhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif berupa tingkah laku yang
tidak sesuai, misalnya ;
1)
Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-lainnya
2)
Lari dari kenyataan (regresif) : suka melamun, pendiam, senang menyendiri,
mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang
Sedangkan
remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu
kematangan emosi remaja menjadi :
1)
Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang
menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan
lain-lainnya
2)
Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar,
optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak
Kematangan
emosi dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun
luar diri remaja. Faktor yang berasal dari luar diri individu disebut faktor
eksternal, meliputi keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, teman
sebaya, lingkungan sekolah, faktor realitas, dan proses pendidikan. Faktor yang
berasal dari dalam diri individu disebut dengan faktor internal, meliputi
inteligensi, bakat, minat, kepribadian, harga diri, dan nilai.Berdasarkan
pernyataan yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa kematangan emosi merupakan keberhasilan individu untuk mengontrol emosi
sehingga sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dijalani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar