Remaja, terutama selama tahun-tahun awal, adalah masa
perubahan perkembangan yang penting. Perubahan fisiologis sering memicu masalah-masalah khusus
dan keraguan tentang konsep diri, identitas seksual, dan hubungan dengan orang
lain.
Penelitian menunjukkan bahwa perubahan penting dalam
kepribadian dan kognisi terjadi selama masa remaja, dengan awal masa remaja
menjadi waktu yang paling penting. Awal masa remaja mencakup rentang usia 12 sampai 15
tahun. Pada saat ini, masyarakat membuat banyak tuntutan pada individu dan
diharapkan bahwa tuntutan tersebut akan dipenuhi dalam waktu yang sangat
singkat.
Masa remaja merupakan
periode tumbuh kembang manusia yang sangat perlu diperhatikan dalam membentuk
karakter sikap prilaku sesuai dengan konsep dirinya di kemudian hari. Sebagai
unit terkecil masyarakat, keluarga melalui pola asuh orang tua secara kuat
sangat mempengaruhi tingkat perkembangan individu dalam pencapaian kesuksesan
atau kegagalan dalam pergaulan dalam masyarakat (Friedman, 1998). Melalui pola
asuh orang tua, remaja akan mulai belajar mengenai pemahaman diri, rasa percaya
dan konsep diri, karena orang tua berperan dalam menentukan ada tidaknya
kesempatan anak untuk dapat mengembangkan dirinya.
Para orang tua mengakui bahwa pada
saat anak mereka remaja adalah masa paling sulit. Mereka mengakui bahwa masa
labil remaja membuat mereka bingung akan pola pengasuhan apa yang mereka
terapkan. Jika terlalu dikekang, mereka cenderung memberontak, jika dibiarkan,
orang tua merasa khawatir. Dibutuhkan kerja sama yang baik antara orang tua dan
anak untuk dapat melewati masa ini dengan baik.
Tindakan-tindakan tidak terkontrol sering
dikaitkan dengan remaja, karena seringkali bentuk perkelahian dilakukan oleh
para remaja, sehingga perkelahian antar remaja sudah menjadi fenomena yang
biasa di masyarakat luas terutama di kota-kota besar. Menurut Lewin (dalam
Winarno ,2003) kondisi tersebut dikarenakan dalam kelompok terdapat sifat
interdependen anatar anggota dan kondisi seperti itu berpeluang menjadi suatu
konflik. Oleh karena itu, diperlukan control diri untuk mengontrol emosi dalam
diri remaja. Telah kita ketahui bahwa emosi remaja masih belum stabil.
Disinilah diperlukannya bantuan orang tua untuk menjaga agar remaja tidak
terjebak dalam hal-hal yang negatif. Namun bagaimana dengan remaja dengan orang
tua tunggal? Apakah mereka dapat mengontrol diri dengan baik?
nice artikel
BalasHapus