Selasa, 07 Agustus 2012

Pengendalian Diri pada Remaja yang Diasuh oleh Orang Tua Tunggal


Remaja, terutama selama tahun-tahun awal, adalah masa perubahan perkembangan yang penting. Perubahan fisiologis sering memicu masalah-masalah khusus dan keraguan tentang konsep diri, identitas seksual, dan hubungan dengan orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa perubahan penting dalam kepribadian dan kognisi terjadi selama masa remaja, dengan awal masa remaja menjadi waktu yang paling penting. Awal masa remaja mencakup rentang usia 12 sampai 15 tahun. Pada saat ini, masyarakat membuat banyak tuntutan pada individu dan diharapkan bahwa tuntutan tersebut akan dipenuhi dalam waktu yang sangat singkat.
Masa remaja merupakan periode tumbuh kembang manusia yang sangat perlu diperhatikan dalam membentuk karakter sikap prilaku sesuai dengan konsep dirinya di kemudian hari. Sebagai unit terkecil masyarakat, keluarga melalui pola asuh orang tua secara kuat sangat mempengaruhi tingkat perkembangan individu dalam pencapaian kesuksesan atau kegagalan dalam pergaulan dalam masyarakat (Friedman, 1998). Melalui pola asuh orang tua, remaja akan mulai belajar mengenai pemahaman diri, rasa percaya dan konsep diri, karena orang tua berperan dalam menentukan ada tidaknya kesempatan anak untuk dapat mengembangkan dirinya.
            Para orang tua mengakui bahwa pada saat anak mereka remaja adalah masa paling sulit. Mereka mengakui bahwa masa labil remaja membuat mereka bingung akan pola pengasuhan apa yang mereka terapkan. Jika terlalu dikekang, mereka cenderung memberontak, jika dibiarkan, orang tua merasa khawatir. Dibutuhkan kerja sama yang baik antara orang tua dan anak untuk dapat melewati masa ini dengan baik.
Tindakan-tindakan tidak terkontrol sering dikaitkan dengan remaja, karena seringkali bentuk perkelahian dilakukan oleh para remaja, sehingga perkelahian antar remaja sudah menjadi fenomena yang biasa di masyarakat luas terutama di kota-kota besar. Menurut Lewin (dalam Winarno ,2003) kondisi tersebut dikarenakan dalam kelompok terdapat sifat interdependen anatar anggota dan kondisi seperti itu berpeluang menjadi suatu konflik. Oleh karena itu, diperlukan control diri untuk mengontrol emosi dalam diri remaja. Telah kita ketahui bahwa emosi remaja masih belum stabil. Disinilah diperlukannya bantuan orang tua untuk menjaga agar remaja tidak terjebak dalam hal-hal yang negatif. Namun bagaimana dengan remaja dengan orang tua tunggal? Apakah mereka dapat mengontrol diri dengan baik?



1 komentar: