Selasa, 07 Agustus 2012

Pengajaran terhadap retardasi mental


Seorang anak dengan retardasi mental selalu akan menghadapi persoalan baik yang berasal dari dirinya, keluarganya maupun masyarakat di sekitarnya. Kurangnya kemampuan intelektual dan penyesuaian diri anak menyebabkan anak kurang mampu bergaul dengan teman- teman sebayanya sehingga anak sering dipencilkan dari pergaulan teman-teman seumurnya akibatnya anak bergaul atau bermain dengan teman-teman yang lebih muda atau mengurangi kegiatannya sampai menarik diri dari pergaulan.
Orang tua atau keluarga sering kecewa terhadap kemampuan penderita sehingga akhirnya bersikap menolak. Akibat sikap penolakan ini, penderita mengalami kekurangan kasih sayang dan perhatian padahal justru penderita dengan retardasi mental lebih membutuhkan pengertian yang mendalam dan perhatian dari orang tua yang melebihi anak normal. Akibatnya anak sering mengalami ketegangan, kesedihan, kebingungan, karena kurangnya bimbingan atau tuntunan yang jelas. Hal ini sering menyebabkan anak melakukan tindakan kriminil karena adanya rasa penolakan orang tua dan kurangnya pengertian memilih hal-hal yang baik dan buruk serta kurangnya kemampuan mengontrol diri sendiri.
Kurangnya kepandaian, ketrampilan, kemampuan bersaing serta daya penyesuaian diri menyebabkan sukarnya menempatkan anak dalam masyarakat sehingga mereka sukar mendapatkan sekolah atau pekerjaan yang layak. Hal ini juga merupakan faktor predisposisi untuk melakukan tindakan kriminil, karena anak merasa ditolak oleh masyarakat juga
Bagi anak terbelakang diperlukan pendidikan khusus yang sesuai dengan derajat keterbelakangannya, misalnya pendidikan luar biasa bagi anak tergolong debil dan imbesil ringan dan sedang. Retardasi mental tingkat perbatasan (subnormal) masih dapat mengikuti Sekolah dasar biasa, sedangkan retardasi mental tingkat berat dan sangat berat tidak dapat mengikuti pendidikan luar biasa; yang diperlukan bagi mereka hanya latihan untuk dapat merawat diri sendiri dan mempunyai kemampuan bergaul dengan anak lain, pelajaran membaca dan berhitung boleh dihilangkan. Tujuan dari Sekolah Luar Biasa tidak berbeda dengan tujuan sekolah untuk anak normal, yakni melatih belajar membaca dan berhitung disertai dengan mengembangkan ketrampilan hubungan sosial anak, ketrampilan tangan sesuai dengan bakat anak dan latihan tanggung jawab dalam masyarakat.
Pengajaran terhadap anak dengan retardasi mental :
1. Membantu anak  untuk berlatih menentukan pilihan personal.
2. Sesuaikan instruksi pengajaran dengan kebutuhan si anak.
3. Sebagaimana halnya mengajar anak yang mengalami ketidak mampuan lainnya, berilah contoh konkret dari satu konsep, Gunakan instruksi pengajaran yang jelas dan sederhana.
4. Beri anak Retardasi Mental kesempatan untuk melatih apa-apa yang telah mereka pelajari. minta  mereka mengulangi beberapa kali konsep yang telah mereka pelajari tadinya sampai mereka menguasainya.
5. Perhatikan rasa penghargaan diri si anak. Dalam maksud, jangan membanding-bandingkan dengan anak yang tidak mengalami retardasi mental.
6. Jangan berprasangka negatif terhadap kemampuan belajar anak. Biasanya kita mudah tergoda untuk menggangap anak retardasi mental itu sebagai anak yang tidak bisa berprestasi baik itu secara akademik
7. Sadari bahwa banyak anak dengan retardasi mental bukan hanya memiliki kebutuhan akademik, tetapi juga membutuhkan bantuan untuk meningkatkan keterampilan perawatan diri dan keterampilan sosial.
8. Cari dukungan sumber daya. Gunakan asisten guru dan rekrut sukarelawan untuk membantu anada mendidikan anak yang retardasi mental. Banyak orang dewasa yang terdidik yang sudah pensiun mungkin mau membantu, Mereka dapat membantu anda untuk meningkatkan jumlah instruksi kepada anak.
9. Libatkan orangtua sebagai mitra mendidik anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar